Pages

Rabu, 19 Juni 2013

Pertunjukan Malam



oleh: Ika Deka

Malam bergelayut manja di ujung pagi. Sang rembulan pun tak nampak batang hidungnya. Senyap di sekitar seakan semakin menggemakan sengalan gadis itu. Nafasnya berkejaran tak tentu arah, membuat pemiliknya kerepotan sendiri mengantur lajunya. Bau anyir di sekujur tubuhnya berhasil mengguncang hebat pertahanannya. Gadis itu lunglai, menyandari papan kayu pembatas ruang tamu dan kamar tidurnya.
“Bagaimana ini? Bagaimana?” racaunya pada diri sendiri, berharap ada seseorang atau entah apapun yang akan menjawab. Namun kaget sendiri saat mendengar suaranya yang parau, gemetar, tak bernada.
Sebuah pemikiran lantas
memenuhi otaknya. Membuatnya mampu berdiri lagi dan bergegas menuju halaman belakang. Seketika pandangannya menyapu kubangan kecil yang bersinar ditingkahi cahaya rembulan. Ia telah muncul rupanya, baru saja melepaskan diri dari kungkungan awan pekat yang menyelimuti, dan mulai bersinar dengan bebasnya.
“Sebentar lagi, sebentar lagi aku juga akan segera bebas” senyum getir meluncur dari wajah gadis itu. Jelas ia sedang berusaha menenangkan diri.
Pintu mengayun tertutup. Membingkai jejak langkah sang gadis menuju sebuah ruangan. Ia menyeret langkah beratnya, untuk kemudian mengerling dua buah benda dalam genggamannya, pisau dan TALI tambang.
Segera ia seret tubuh berat tak berpenghuni di kakinya, dan dengan susah payah menggantungnya di kusen pintu depan.
Namun tiba-tiba mata mayat itu terbuka lebar, merah, dan menggeram kearahnya.
Gadis itu tersentak bangun. Nafasnya kian tersengal, memompa keringatnya untuk terus keluar. Ayah tiri yang memperkosanya. Ayah tiri yang dibunuhnya. Hanya mimpi.
“Pak Rusdi BUNUH DIRI?”
“Masa sih? Ngeri amat..”
Gadis itu segera keluar saat kegaduhan mulai terdengar. Namun siluet sang Ayah yang tergantung di kusen pintu rumah menyambutnya. Ia hanya bisa TERPAKU. Ini semua jelas bukan hanya mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar