Bingkai paras
elok itu semakin menegang. Desau angin yang melewati, ia abaikan begitu saja.
Membuat kumpulan udara itu marah dan mengoyak mahkota kepalanya yang menawan.
Namun Nyma tak peduli. Ia hanya ingat sedang menatap tajam seorang pemuda
paling tampan yang pernah ditemuinya, bahkan dicintainya. Yang ditangannya
tergenggam sebentuk kepompong yang Nyma kenali sebagai miliknya. Tempat ia akan
lahir dengan sejuta keindahan dan pesona.
“Kau sungguh-sungguh
akan membinasakanku, hah?” pemuda bernama Natra itu tersenyum mengejek. Menahan
perih akibat luka dari tatapan Nyma, musuh sekaligus gadis pujaannya.
“Kau membunuh
saudara kembarku” Nyma mempertajam tatapannya, menorehkan beberapa luka baru
pada tubuh tegap Natra. Tatapan dendam kesumatnya kini lebih kuat dibanding
tatapan cintanya.
“Harus
kulakukan. Nyra telah menampakkan wujudnya di depan manusia. Kau tau betul ia
telah melanggar hukum”
“Dia ingin
menolong anak yang sedang sekarat itu!” teriakan gadis cantik itu menghantam
ulu hati Natra, yang mundur sempoyongan. Ia bisa saja melawan Nyma, gadis yang
bahkan belum sempurna menjadi kupu-kupu. Namun lagi-lagi perasaannya kembali
merajai, membuatnya rela disiksa begini.
“Memang...”
Natra menatap kepompong di tangannya. Benda itu lantas berpendar ungu. Hal itu
menyentak Nyma. Ungu? Tidak. Kepompong itu bukan miliknya. Itu milik.... Nyra!
Pandangan Nyma
melunak. Kenapa? Bukankah Nyra sudah mati?
“Kami salah
paham. Nyra melakukan hal yang benar. Dia tidak bersalah” Natra berkata dengan
susah payah, tersenyum tulus untuk Nyma, “Aku kesini menemuimu, untuk menunjukkan
bahwa aku tidak jadi mengeksekusinya”
Nyma berlutut.
Apa yang telah ia lakukan?. Saat Natra kembali mengerang, Nyma tersadar. Ia
berusaha berlari kearahnya, namun kilauan cahaya ungu memundurkan langkahnya.
Nyra yang telah sempurna menjadi kupu-kupu muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar