Pages

Rabu, 19 Februari 2014

Another Flavia Story







Pernahkah kau merasa hidupmu bagitu hampa, bahkan meskipun kau telah memiliki segalanya?

Flavia, seorang Angela berparas sempurna yang telah mengantongi gelar sarjana dari universitasnya di Kahyangan, nyatanya sedang mengalaminya. Sudah nyaris satu tahun setelah kelulusannya yang spektakuler dengan nilai terbaik, ia justru belum mendapat pekerjaan yang cocok untuknya. Begitu pun halnya dengan kehidupan asmaranya. Ares, sang Angelo keren yang merupakan kekasihnya, akhir-akhir ini jarang sekali meluangkan waktunya untuk Flavia. Belum lagi keluarganya yang jauh, dan kedua sobatnya Keyala dan Daletha yang sudah sibuk sendiri-sendiri dengan pekerjaan baru mereka. Flavia hanya bisa merenungi kesendiriannya dengan melayang-layang malas mengelilingi Kahyangan. Matanya pun tak terfokus dan menerawang, membayangkan si Angelo tengil bernama Ares membuatnya sebal sekaligus kangen. Hingga tanpa disadarinya, jidatnya sudah dengan sukses kepentok batang pohon ek yang luar biasa besarnya.

“Aduh! Ini pohon kok tau-tau nongol di sini? Siapa yang mindahin sih?”  ujar Flavia saat serombongan Angelo yang sedang lewat di sekitarnya menahan tawa memperhatikan aksinya menyundul pohon.

“Ngelamun ya, Fla?” seru salah seorang di antara mereka.


“Lain kali jangan lupa peke helm ya, Fla. Hahaha... “ kali ini mereka tanpa basa basi lagi segera memuntahkan tawa cempreng mereka. Namun Flavia berlagak cuek saja dan buru-buru melesat menjauhi keramaian, menuju padang Dandelion, tempat ia sering menghabiskan waktu dengan Ares dulu. DULU. Harap catat itu.

“Pokoknya awas aja kalau ketemu. Aku bakalan cuekin habis-habisan, biar dia tau rasanya diabaikan.. sakiiiitt...” Flavia berjalan hilir mudik , diiringi rimbunan Dandelion yang berayun-ayun seolah mengikuti perilaku Flavia yang betul-betul resah.

Namun, mendadak Falvia merasakan keanehan di sekitarnya. Angin yang sedari tadi melambai sepoi dan tenang, kini berubah menjadi hangat. Tidak. Ini malah sudah semakin hangat. Maka, Angela cantik itu menengadah. Ia berusaha menangkap lebih detail perubahan alam yang tak seperti biasanya itu. Lalu seorang Angela terbang mendatanginya, wajahnya terlihat begitu panik.

“Flavia! Gawat... “

“Gawat kenapa?”

“Ares... Ares...”

“Ares? Ares kenapa? Dia kecebur sumur lagi? atau renang di empang lagi?” Flavia mulai panik.

“Nggak. Ini lebih parah, Fla. Ares di culik diablo di alun-alun nganjuk, eh, maksudku di alun-alun Kahyangan! Seluruh penghuni Kahyangan nggak ada yang berani melawan mereka. Fla, kamu harus cepat bertindak!”

“Hah?” dan tanpa pikir panjang lagi, Flavia segera meluncur ke alun-alun Kahyangan. Bagaimana? Bagaimana bisa Ares diculik para diablo? Pasti dia deh yang cari masalah! Rutuk Flavia selama perjalanan.

Hingga ia tiba di tempat tujuan, dan melihat Ares tampak sedang berada dalam cengkeraman dua diablo. Tak ada siapapun lagi di tempat itu. Rupanya semua orang terlalu takut menghadapi para diablo yang kejam itu.

“Nah, pemeran utama kita sudah datang rupanya. Saatnya kita balaskan dendam teman kita yang dihabisinya di bumi dulu.” Seru salah satu diablo dengan suara yang aneh, yang sepertinya adalah pemimpin diablo yang lain. Flavia jelas terkesiap. Perang besar-besaran yang terjadi di sekolah Sabrina dulu ternyata tak begitu saja dilupakan oleh para diablo itu.

“Sialan! Kenapa kalian harus balas dendam segala sih?” ujar Flavia sembari perlahan mendekati mereka. Ares tampak babak belur dan kepayahan di antara diablo yang menjaganya.

“Heh! Namanya juga diablo, tempatnya dendam dan iri hati. Jadi, nggak usah banyak protes!”

“Lepaskan Ares! Aku yang membunuh teman kalian. Bukan dia!“

“Bebaskan dia?” sang diablo menunjuk Ares. “Boleh saja, tapi ada syaratnya.”

“Apa?” Flavia tak tahan untuk membentak, saat dilihatnya Ares tampak sangat kesakitan.

“Kamu harus memotong sayapmu yang cantik itu, jadilah kamu manusia biasa di bumi, dan jangan mengganggu kami lagi.” diablo yang sama tertawa. Parau. Memekakkan telinga Flavia.

Angela itu terdiam sejenak. Saat ini dia sendirian. Tak mungkin untuk melawan empat diablo sekaligus. Kalau pun ia sampai nekat melakukannya, mungkin nasibnya akan jauh lebih buruk dari Ares. Oh, Ares. Flavia ingin sekali memeluk dan mengobatinya saat ini. Meskipun ia seringkali cuek akhir-akhir ini, Flavia terlalu mencintainya untuk membiarkan dia kepayahan seperti itu. Rasanya segala kesalahan Ares padanya luntur seketika oleh perasaan khawatirnya. Maka, Flavia memejamkan matanya sejenak, dan menghembuskan nafasnya yang tersengal panik. Ia harus memutuskan sekarang, sebelum semuanya terlambat.

 “Baiklah. Silakan potong sayapku. Asal kalian bersumpah akan melepaskan Ares.” Ujar Flavia tegas, dengan nafas tak beraturan.

“Jangan bodoh, Fla! Jangan lakukan itu! mereka nggak bisa dipercaya!” teriak Ares.

“Diam!” perintah sang pemimpin diablo dan Flavia bersamaan kepada Ares.

“Mereka dendam sama aku. Kamu nggak boleh terlibat. Aku sayang sama kamu.” Flavia lantas berkata pelan.

“Hahaha... baik. Semua bisa diatur. Kalau di bumi ada sumpah pocong, di sini ada sumpah diablo. Akan kami bebaskan dia setelah menendangmu ke bumi tanpa sayap.” Diablo itu mendekati Flavia dengan sebuah kapak legam. Flavia memejamkan matanya rapat-rapat. Dan dalam hitungan detik, sesuatu meledak di sekitarnya. Angela yang gemetaran itu lantas membuka mata, dan.....

Surpriseee!!!!”

Flavia bengong. Setelah banyak petasan yang sudah berhasil mempertontonkan aksinya, empat diablo yang dilihatnya sekarang berubah menjadi Angela dan Angelo yang dikenalnya. Ada Keyala, Daletha, Nachesto, dan Adityan, mereka semua membawa kue-kue dan bunga anggrek ungu favorit Flavia.  Sementara di antara mereka Ares sedang memandangnya tajam dengan senyum miringnya yang menawan. Flavia berusaha mencerna apa yang terjadi, namun perasaannya terlalu campur aduk untuk dapat memikirkan apapun saat ini. Hingga Ares melangkah dan sampai di hadapannya.

Happy anniversary yang pertama ya, Flavia, my beautiful private Angela. I love you.” Ujar Ares seraya mengecup kening Flavia penuh sayang. Diam-diam ia terharu juga karena Angelanya yang satu itu mau berkorban untuknya.

“Jadi... diablo... yang tadi itu...”

“Kita semua minum ramuan pengubah rupa ciptaan Nachesto dan Adityan. Jadi, rencananya berjalan dengan perfectoo..” Keyala tergelak, diikuti derai tawa dari Daletha yang nampak begitu puas telah mengerjai Flavia. Angela itu lantas memandang Ares yang masih saja menatapnya kagum.

“Jadi keacuhan kamu sama aku, bagian dari rencana ini?” tanya Flavia setengah merajuk.

“Iyalah. Sengaja bikin kamu kesel. Sekalian ngetes juga sih, seberapa sayang kamu sama aku. Eh, ternyata malah udah over dosis sayangnya. Sampai rela kehilangan sayap segala.” Ares masih tersenyum, kendati air muka Flavia berubah menjadi semerah tomat.

“Bodoh. Sudah pasti aku akan melakukan apapun demi kamu, meskipun mengorbankan sumber hidupku sebagai malaikat.” Flavia berkata lagi, seolah merasa bersalah telah mendustakan kebahagiaan yang memang dimilikinya. Karena ia menyadari, rasa kosong dan hampa di hatinya akan selalu terisi lagi oleh cinta dari mereka yang menyayanginya.

“Kamu yang bodoh. Mau-maunya percaya pada diablo.” Ares berusaha mendekap Flavia, namun Angela itu menampiknya.

Flavia lalu mengambil salah satu kue tart yang dipegang Nachesto dan melemparkannya tepat ke wajah cool Ares. Flavia terbahak puas. “Tuh, biar babak belurnya rata. Haahhaahaa..”

Ares cemberut. Sementara Nachesto dan Adityan terpingkal-pingkal.

Dan, adegan pun menutup. Mengkristalkan aksi kejar-kejaran dan jerit tawa heboh Flavia de Angela dengan Ares de Angelo, yang oleh sahabat-sahabat mereka, resmi dinobatkan menjadi  couple of the year di negeri Kahyangan.......


Sebuah fan fiction dari novel Flavia de Angela karya Lea Citra Agustina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar